Saturday, November 24, 2018

5:32 AM
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca MUI Launching Buku Moderasi Beragama Islam Berbasis Kearifan Lokal di Papua Barat.

MUI Launching Buku Moderasi Beragama Islam Berbasis Kearifan Lokal di Papua Barat


MUI Launching Buku Moderasi Beragama Islam Berbasis Kearifan Lokal di Papua Barat

Posted: 23 Nov 2018 10:36 AM PST

MUI Launching Buku Moderasi Beragama Islam Berbasis Kearifan Lokal di Papua Barat
WAISAI, LELEMUKU.COM - Majelis Ulama Indonesia (MUI) melaucing buku berjudul "Moderasi Beragama Islam Berbasis Kearifan Lokal di Papua Barat" pada Rakernas IV MUI di gedung Pari Convention Center (PCC) Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat pada Kamis (22/11) malam.

Komisi Pengkajian dan Peneliti MUI, Dr.Rida Hesti Ratnasari mengatakan, dalam penerbitan buku ini, MUI Pusat bersama MUI Provinsi Papua Barat berkolaborasi dalam menggali moderasi beragama Islam berbasis kearifan lokal di Papua Barat. MUI Provinsi Papua Barat memfasilitasi pengumpulan data lapangan (field work), sedangkan analisis data hingga penulisan laporan dilaksanakan oleh MUI Pusat. 

Penulis adalah Cahyo Pamungkas (LIPI), Rida Hesti Ratnasari (MUI) dan Teguh (Kejaksaan Agung RI) bersama Tim Editor Nadratuzzaman Hosen, Amirsyah Tambunan dan Rofiqul Umam Ahmad (MUI).  Tim peneliti adalah Cahyo Pamungkas, Rida Hesti Ratnasari dan Dudi Ramdani (MUI Papua Barat).
   
Dijelaskan Rida, penulisan buku berbasis riset ini dilakukan sebagai bagian dari upaya menghimpun potensi kemajemukan Bangsa Indonesia.  Di antara berbagai kelompok dan aliran paham keagamaan, ditemukan pentingnya kehadiran kelompok masyarakat sipil (civil society) yang membantu merekat berbagai kelompok ini. 

Proses moderasi beragama bukan menggeser pokok-pokok ajaran agama, atau menyamarkan dan atau menghilangkannya.  Moderasi beragama membawa spektrum berbagai kelompok yang berseberangan menuju satu titik tengah win-win solution, menang-menang bersama, sebagai solusi, titik ini dikenal sebagai moment produktif, kepentingan lebih besar daripada kepentingan individu dan kelompok tertentu.
   
Jejak moderasi beragama Islam di Papua Barat digali melalui riset, telah berakar sejak sebelum abad ke-15. Terdapat  delapan versi sejarah masuknya Agama Islam di Papua Barat dan sepanjang sejarahnya berabad-abad tidak terjadi konflik keagamaan. 
   
Berikut ini jejak moderasi beragama di Papua Barat yang ditulis dalam buku tersebut, antara lain mushala di Pulau Lemon yang dipindahkan tiga kali, direlakan dengan kebesaran hati umat Islam menghargai kepentingan negara menggunakan lahan mushala untuk perkantoran dan gedung negara lainnya, hingga kini masih berdiri, menjadi masjid bernama Masjid Merdeka di  Manokwari.
   
Masuknya Ottow dan Geisler, penginjil pertama di Papua  Barat, pada tahun 1855, difasilitasi oleh Sultan Tidore bersama umat Islam yang berada di Papua Barat. 
   
Reaksi sebagian warga hampir menolak kedua misionaris, dilakukan peran mediasi oleh Sultan Tidore dan umat Islam pengikutnya, hingga diberikan kesempatan dan dipertemukan dengan warga untuk menunaikan tugas misinya. Relief pada dinding bersejarah di Pulau Mansinam menjadi bukti catatan sejarah ini.
   
Penghormatan terhadap guru misi atas jasa mengajarkan membaca, menulis dan berhitung, sekolah-sekolah yang dalam perkembangannya memiliki peserta didik muslim, guru-guru muslim dan pelajaran agama adalah agama Islam, tetap menggunakan nama Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) dan Katolik (YPKK), tanpa mengubahnya menjadi Yayasan Pendidikan Islam.
   
"Narasumber penelitian ini menyatakan ini bentuk penghormatan terhadap guru misi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada nenek moyang mereka dahulu. Jejak naskah kuna dan peninggalan sejarah Islam di Papua Barat ditemukan lebih dari 84 item menunjukkan bahwa tradisi tulis dalam pembelajaran Islam, telah ada sejak sebelum abad ke-15," jelasnya.
   
"Naskah dan peninggalan sejarah jejak moderasi Beragama Islam masih disimpan oleh sebagian ahli waris pendakwah Islam,"sambungnya.
   
Pilar Moderasi Beragama Islam di Papua Barat dibangun dengan falsafah satu tungku tiga batu, Agama Keluarga, Kepatuhan terhadap Pesan Nenek Moyang, Kebanggaan menyampaikan pesan budi luhur serta tradisi tulis naskah kuna dan peninggalan Islam.
   
Penulis dalam paparan dalam kegiatan Rakernas MUI memberikan rekomendasi sebagai berikut, pembangunan museum pemeliharaan naskah kuna dan peninggalan sejarah jejak moderasi Beragama Islam di Papua Barat, Buku Moderasi Beragama Islam Berbasis Kearifan Lokal di Papua Barat dapat dijadikan rujukan dan acuan untuk penyusunan modul pelajaran Agama Islam bagi anak usia dini, SD, SMP dan SMA.
   
"Penanaman moderasi beragama Islam sejak usia dini sebagai proses pembentukan karakter dasar generasi. Moderasi Beragama Islam  merupakan tiang penopang harmoni kehidupan umat beragama dalam negara kesepakatan (daarul mitsaaq) NKRI," tuntas Rida. (MUI)

Dominggus Mandacan dan Ma'ruf Amin Buka Rakernas MUI IV 2018

Posted: 22 Nov 2018 03:07 PM PST

Dominggus Mandacan dan Ma'ruf Amin Buka Rakernas MUI IV 2018
WAISAI, LELEMUKU.COM - Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) IV tahun 2018 resmi dibuka oleh Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, yang mewakili pemerintah pusat, Kamis (22/11) malam di Gedung Pari Convention Center (PCC), Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.

Pembukaan dihadiri Ketua Umum MUI Pusat, Prof.Dr.KH.Ma'ruf Amin yang juga calon Wakil Presiden Nomor Urut 1,Wakil Kedubes Arab Saudi,Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani, Kapolda Papua Barat Brigjen Pol.Drs.Rudolf A.Rodja Pangdam XVIII/Kasuari Mayor Jenderal TNI Joppye Onesimus Wayangkau, Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati dan pengurus MUI se-Indonesia.

Gubernur dalam sambutannya mengatakan bahwa keberagaman budaya Indonesia menjadi salah satu penarik wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia, terlebih lagi tempat wisata Indonesia menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan luar Negeri.

"Oleh karena itu, Rakernas IV MUI tahun 2018 diselenggarakan di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Dimana daerah ini memiliki budaya-budaya Islam, dengan format kultur daerah dari berbagai suku yang ada dan dapat dipersembahkan kepada semua untuk menyampaikan pesan kemanusiaan," kata dia.

Untuk itu, gubernur mengajak semua pihak untuk bersama-sama meneduhkan ukhuwah Islamiah dan mengawal NKRI dengan cara menjaga keberagaman Indonesia untuk semua.

Selanjutnya Ketua MUI Pusat, Prof.Dr.KH.Ma'ruf Amin dalam pidatonya menyampaikan syukur alhamdulillah,karena cita-cita menggelar Rakernas di Raja Ampat dapat terlaksana dengan baik.

"Semula kami meragukan, tetapi berkat dukungan Gubernur,Wakil Gubernur dan Bupati Raja Ampat,sehingga Rakernas dapat terlaksana. Mudah-mudahan Raja Ampat menjadi bumi yang dirahmati oleh Allah SWT," katanya.

Dikatakan Ma'ruf, hingga kini MUI masih tetap menjaga diri sebagai pelayan umat, penyatuhan umat dan menjadi mitra pemerintah. MUI terus menjaga umat dari pikiran menyimpang. Dan menjaga umat dari gerakan radikal. Menjaga umat dari kehalalan bagi makanan yang dikonsumsi dan lainnya.

Lewat kesempatan ini, Ma'ruf juga mengajak umat Islam untuk memperteguh ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah Wathaniyah untuk Indonesia, menjadi satu bingkai kesatuan, dibawah Pancasila dan UUD 1945. Menghargai sesama anak bangsa, untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik.

Dalam menyambut Pilpres mendatang, Ma'ruf juga meminta umat untuk tetap menjaga prinsip-prinsip Islam,ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah Wathaniyah dalam menghadapi perbedaan-perbedaan. "Siapa pun yang dipilih,kita harus tetap menjaga hubungan keumatan," ujarnya.

Tak lupa,ia menyampaikan,apabila ia terpilih menjadi Wakil Presiden mendampingi Jokowi,dirinya akan mundur dari jabatan sebagai Ketua MUI Pusat. Apabila tak terpilih, ia memohon maaf karena Rakernas IV ini menjadi momen terakhir dalam masa kepemimpinannya.

Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati mengatakan, MUI sebagai momen mengenalkan pariwisata Raja Ampat, agar semakin banyak yang mengunjungi tempat yang sudah di kenal di tingkat Nasional, bahkan dunia ini.

"Rakernas akan berlangsung dua hari,hari ke tiga akan saya ajak peserta Rakernas untuk berkeliling melihat keindahan Raja Ampat," tandasnya. (MUI)